Bleisure: Gaya Hidup Baru Wisatawan Muda di Indonesia

Ilustrasi Leiusre Bleisure - BATIQA Hotels

Bayangkan ini: kamu memiliki perjalanan bisnis ke Jakarta untuk menghadiri konferensi tiga hari. Setelah rapat selesai, kamu memutuskan memperpanjang waktu tinggal selama akhir pekan untuk menikmati hidangan khas Betawi dan berjalan-jalan di Kepulauan Seribu. Itulah esensi dari bleisure–tren perjalanan yang kini sedang digandrungi anak muda Indonesia.

Menggabungkan kata business dan leisure, bleisure adalah cara cerdas untuk memanfaatkan waktu perjalanan kerja agar lebih produktif sekaligus menyenangkan. Tren ini telah menjadi gaya hidup populer di kalangan generasi milenial dan Gen Z yang menghargai efisiensi sekaligus pengalaman bermakna.

Mengapa Bleisure Semakin Diminati?

Di era pasca-pandemi, pola kerja telah berubah drastis. Dengan fleksibilitas kerja jarak jauh dan kebutuhan untuk menjaga keseimbangan hidup, anak muda semakin terbuka terhadap konsep ini. Indonesia, dengan kekayaan budaya dan keindahan alamnya, menjadi tempat sempurna untuk mengadopsi tren ini. Kota besar seperti Jakarta, Bandung, atau Surabaya tidak hanya menawarkan pusat bisnis modern tetapi juga akses mudah ke destinasi wisata, dari pantai hingga gunung.

Misalnya, setelah bekerja seharian di Surabaya, wisatawan dapat melanjutkan perjalanan ke Bromo untuk menikmati matahari terbit. Di Bali, konferensi kerja dapat berlanjut dengan retreat yoga di Ubud. Kombinasi unik ini menjadikan bleisure lebih dari sekadar perjalanan–ini adalah pengalaman hidup.

Apa yang Dicari Wisatawan Bleisure?

Tren ini tidak hanya tentang menikmati liburan santai, tetapi juga menawarkan pengalaman unik yang seringkali mendalam. Beberapa aktivitas yang menjadi favorit wisatawan bleisure:

  1. Wisata Wellness: Retreat yoga, meditasi, atau spa berbasis tradisi lokal seperti lulur Jawa menjadi pilihan populer.
  2. Eksplorasi Budaya: Belajar membatik di Solo atau menonton tari kecak di Bali memberikan pengalaman yang tak terlupakan.
  3. Ekowisata: Mengunjungi hutan konservasi, seperti di Kalimantan, atau desa wisata berbasis komunitas menjadi cara untuk mendukung gaya hidup berkelanjutan.

Bleisure memungkinkan para pekerja profesional yang sibuk untuk menikmati hal-hal ini tanpa mengorbankan pekerjaan utama mereka.

Baca juga:


Dampaknya pada Pariwisata Indonesia

Tren ini memberikan dampak besar bagi sektor pariwisata lokal. Dengan memperpanjang masa tinggal, wisatawan bleisure meningkatkan pengeluaran di destinasi, mendukung ekonomi lokal, dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja. UMKM lokal, seperti pengrajin dan pelaku industri kreatif, mendapatkan keuntungan langsung dari wisatawan yang mencari pengalaman autentik.

Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, tren bleisure juga mendorong wisatawan untuk menjelajahi destinasi super prioritas, seperti Danau Toba, Labuan Bajo, dan Borobudur. Dengan strategi pemasaran yang lebih terintegrasi, potensi Indonesia untuk menarik wisatawan jenis ini terus meningkat.

Bleisure, Tren Masa Depan

Sebagai generasi yang memprioritaskan pengalaman dan efisiensi, anak muda Indonesia telah menemukan harmoni antara pekerjaan dan hiburan melalui bleisure. Tren ini tidak hanya memudahkan keseimbangan hidup tetapi juga menciptakan kenangan tak terlupakan di tengah kesibukan profesional.

Jadi, jika kamu memiliki jadwal perjalanan kerja dalam waktu dekat, mengapa tidak merencanakan akhir pekan tambahan? Mungkin, perjalanan bisnis ke Jakarta bisa berakhir dengan santai di Bali. Dengan bleisure, pekerjaan dan liburan kini berjalan seiring, tanpa kompromi.


Daftar Menjadi BATIQAONE Sekarang!

BATIQA Hotels
Share this:

BACA LAINNYA

TEMUKAN LEBIH BANYAK CERITA & PANDUAN MENARIK
Kuliner Makanan Khas Cirebon yang Perlu Kalian Coba Empal Gentong
Empal gentong, kuliner khas Cirebon yang terdiri dari usus, babat, dan irisan daging sapi ini tampilannya mirip dengan gulai.
BACA DETIL
10 Kota yang Harus Dihindari Wisatawan: Temuan dari Forbes Advisor
berikut adalah daftar yang sebaiknya kamu perhatikan sebelum merancang liburanmu.
BACA DETIL
KAMPUNG KAPITAN, TEMPAT BERSEJARAH KETURUNAN TIONGHOA PERTAMA DI PALEMBANG
Kampung Kapitan merupakan kampung etnis Tionghoa pertama di Palembang yang sudah ada sejak Dinasti Ming atau abad ke XIV.
BACA DETIL
DAFTAR MAILING LIST KAMI
Dapatkan informasi terbaru mengenai penawaran khusus, acara ataupun promosi spesial!
IKUTI KAMI