Jika Anda menyebrang dari Pelabuhan Merak menuju Pelabuhan Bakauheni, Anda akan disuguhkan dengan hamparan laut luas yang biru. Sebelum kapal berlabuh, menatap daratan Pulau Sumatera dari kejauhan akan tampak terlihat Menara Siger yang menandakan bahwa kita akan segera menginjakan kaki di tanah Lampung.
Bangunan ini berdiri menjulang pada ketinggian 110 meter di atas permukaan laut dan terletak tepat menghadap gerbang masuk Pelabuhan Bakauheni. Inilah landmark Provinsi Lampung sekaligus titik kilometer nol selatan Sumatera, yang dengan penuh kebanggaan diberi nama Menara Siger. Menara Siger diresmikan oleh Gubernur Sjahroedin Z.P. pada 30 April 2008.
Menara Siger adalah bentuk dari keragaman dan kekayaan serta penghormatan yang ada di sana. Memiliki bentuk yang unik dengan sembilan kerucut berwarna kuning keemasan yang berderet memanjang. Bentuk ini mengadaptasi bentuk mahkota pengantin wanita (siger) dalam adat Lampung. Sedangkan, pucuknya yang berjumlah sembilan adalah simbolisasi sembilan bahasa yang ada dalam masyarakat Lampung. Kerucut pada bagian tengah berukuran lebih besar dan lebih tinggi yang menjadi puncak dari menara ini.
SEJARAH BERDIRINYA MENARA SIGER LAMPUNG
Mulai dibangun pada tahun 2005, Menara Siger menghabiskan biaya sebesar Rp 15 miliar. Sebagai simbol Provinsi Lampung, Menara Siger juga sebagai ikon pariwisata, keagamaan, seni dan budaya, serta Pendidikan.
Bangunan ini dilengkapi dengan berbagai informasi terkait dengan sebuah peta wisata yang ada di seluruh Kabupaten/Kota di Wilayah Lampung. Menurut pandangan Sjachroedin, seorang Gubernur yang menggagasnya, bahwa Menara Siger bukanlah sebuah bentuk monumen masa lalu melainkan sebuah bangunan masa depan dimana akan menjadi kebanggaan dan identitas dari Lampung itu sendiri.
Pada sejarahnya pembangunannya didasarkan pada ikon yang menonjol dari kebudayaan khas masyarakat Lampung. Dimana hal itu kemudian di representasikan dengan bangunan tugu-tugu di sekitarnya. Di dalamnya dibuat sebuah ruangan untuk digunakan oleh pengunjung sebagai lokasi pemandangan dari pelabuhan Bakauheni dengan panorama yang melengkapinya.
Bangunan berisikan data astra gatra, yakni trigatra yang meliputi letak geografis, demografis dan kekayaan dari Sumber Daya Alam (SDA). Selanjutnya panca gatra, yang mengandung ideologi dan hankam. Dengan data tersebut diharapkan para wisatawan tidak bertanya tentang isi bangunan menara. Terdapat payung yang berwarna putih kuning merah sebagai tanda puncak menara. Payung tersebut adalah sebuah simbol tatanan sosial.
Menara Siger bukan saja berupa bentuk fisik, namun sebuah cerminan dari budaya masyarakat serta identitas masyarakat Lampung yang memiliki filosofi berpikir dan bertindak dengan visi dan misi untuk mewujudkan Provinsi Lampung yang unggul dan berdaya saing.
Bangunan ini di bangun oleh Arsitek Asli Lampung yaitu Ir. Anshori Djausal M.T. Dibangun dengan teknik ferrocement sehingga dapat menahan terpaan angin kencan dan menahan gempa. Teknik ferrocement sendiri adalah sebuah pengembangan dari tim yang membangun Menara Siger, dengan memakai jaring kawat yang mirip dengan jaring laba-laba.
Sedangkan pada lambang siger dan sebagian ornamen tidak dikerjakan dengan cor-coran. Tetapi setiap bagian dikerjakan dengan tangan. Dengan teknik ini, maka setiap bangunan tahan terhadap guncangan atau terpaan angin laut.
Jika Anda sedang berkunjung ke Lampung melalui perjalanan darat dan lautan, Anda bisa mampir ke Menara Siger Lampung dan Anda bisa menginap di
BATIQA Hotel Lampung yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman.140 Pahoman Tanjung Karang, Lampung.